PERILAKU BAYI BARU
LAHIR
Kita tak perlu takut atau khawatir dengan
perilaku si kecil yang baru lahir. Selama tak berlebihan, berarti wajar.
Jadi, normal saja, ya, Bunda, kalau bayi baru
lahir suka terkaget-kaget selagi tidur atau tersedak kala menyusu, misal. Namun
tentunya, perilaku-perilaku tersebut akan berbeda antara bayi yang lahir normal
dan sehat dengan bayi yang tak sehat atau tak normal.
Yang jelas, kata dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA.
dari Subbagian Neonatologi, Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta, sejauh perilaku
bayi masih dalam batas normal atau terjadi hanya sekali-kali saja, tak masalah.
Tapi jika ada perilaku yang berlebihan atau keseringan dan terus-terusan, harus
diwaspadai. “Mungkin saja ada sesuatu pada diri si bayi. Sebaiknya segera dibawa
ke dokter untuk penanganan selanjutnya. Apalagi usia bayi masih sangat rentan,”
tuturnya. Nah, berikut ini beberapa perilaku bayi baru lahir yang bisa diamati.
* Menangis
Begitu lahir, bayi harus menangis. Ini merupakan
reaksi pertama yang bisa dilakukan. Dengan menangis, otomatis paru-parunya
berfungsi. Paru-paru akan membuka dan mengisap oksigen. Selain itu, menangis
juga sebagai reaksi dari perubahan yang dialami si bayi. Ketika di kandungan,
ia merasakan kehangatan dan kenyamanan; ia merasa terlindungi. Suasana di rahim
pun gelap. Sementara begitu lahir, ia merasakan udara luar yang dingin dan ada
cahaya terang. Perubahan ini disikapinya dengan menangis.
Itu sebab, jika setelah lahir bayi tak menangis,
berarti tak normal. Biasanya, ia mengalami asfiksia, yaitu kurang masukan
oksigen ke dalam tubuhnya.
Bahayanya, otak pun akan kekurangan oksigen
hingga dapat merusak otak. Kejadian ini biasanya berkaitan dengan keadaan sejak
di kandungan. Maka itu, bila ada sesuatu dengan kandungan ibu yang bermasalah,
harus segera mendapat penanganan yang adekuat dan benar dari ahlinya. Ini untuk
menghindari, salah satunya kejadian bayi tak menangis.
Ketika bayi menangis, anggota geraknya pun ikut
aktif. Tangisan bayi yang sehat bila suaranya keras, bukan merintih atau melengking.
Jika suara tangisannya merintih/melengking, pertanda ada sesuatu pada si bayi
atau ia sakit.
Menangis pada bayi juga merupakan ungkapan
ekspresinya. Bayi akan menangis lantaran minta perhatian, lapar, basah popoknya
karena BAB/BAK, atau lainnya. Jadi, bayi menangis tak selalu berarti lapar.
* Kaget
Bayi akan bereaksi seperti kaget. Ini merupakan
refleks naluriah. Sejauh refleks ini tak berlebihan terjadinya, tak masalah.
Bila ia kaget, biasanya tubuhnya bergerak semua. Gerakannya itu harus simetris
semua, tak hanya sebagian tubuhnya saja yang bergerak. Kalau tidak, harus
dicurigai ada sesuatu di otaknya. Segera periksakan ke dokter.
Gerak refleks ini bisa karena ia melihat cahaya
yang menyilaukan atau lantaran ia sudah bisa mendengar suara/bunyi yang
mengagetkannya. Itu sebab, jika bayi sedang tidur, biasanya orang di sekitarnya
diminta untuk tak terlalu berisik.
Refleks ini masih boleh ada sampai usia 5 bulan.
Jika setelah itu masih tetap ada, berarti tak normal, ada sesuatu pada diri si
bayi hingga mesti dicari penyebabnya. Kemungkinan ada kerusakan di otaknya.
* Bersin
Jika sesekali atau tak berlebihan, wajar saja.
Sebenarnya, bersin pertanda ia ingin mengeluarkan sesuatu/kotoran dari
hidungnya. Lagi pula hidung bayi itu sensitif; dengan bersin, lubang hidungnya
dibersihkan. Jadi, bersin merupakan reaksi bayi untuk pertahanan tubuhnya.
Selain itu, bersin bisa juga karena ia terekspos udara dingin.
Jadi, bersin tak selalu berarti bayi akan flu.
Tapi jika keseringan, misal, tiap jam bersin, memang bisa jadi pertanda si bayi
sakit. Mungkin ketularan pilek dari ibunya.
Karena itu, untuk menghindarinya dari sakit,
jangan sering-sering menciumi si bayi. Bila di rumah ada orang dewasa yang
sedang sakit, sebaiknya tak mencium bayi dan harus menggunakan masker.
* Mengisap
Refleks ini merupakan refleks paling primitif
untuk mempertahankan hidup. Lapar atau tidak, bila kita taruh jari di mulutnya,
ia akan mencari dan membuka mulutnya dan jari tersebut akan diisapnya.
Kemampuan inilah yang membuatnya bisa menyusu dan mendapatkan makanan.
Bila usia kehamilan ibu 34 minggu ke atas dan
bayi dilahirkan di usia itu, sudah ada refleks mengisapnya. Jika refleks ini
tak ada, berarti si bayi sakit, apakah infeksi atau sakit berat lainnya,
semisal ada kerusakan otak hingga pusat yang mengatur refleksnya tak berfungsi.
Refleks mengisap akan terus ada sampai dewasa.
Maka itu, adakalanya anak usia setahun pun masih suka mengisap ibu jarinya.
* Tersedak
Normalnya di tenggorokan ada jalan napas dan
jalan makanan atau kerongkongan. Jika bayi sedang minum/makan, jalan napasnya
akan menutup. Pada bayi normal, lahir cukup bulan, dan sehat, ia punya refleks
otomatis seperti itu. Jadi, bila kebanyakan minum, ia akan berhenti dulu, tak
akan gelagapan tersedak sampai masuk ke paru-paru. Bayi bisa mengatur seberapa
banyak harus mengisapnya. Jadi, jarang bayi tersedak.
Jika hanya sekali-kali tersedaknya tak apa-apa,
asalkan jangan sampai masuk ke jalan napas dan menyebabkannya biru. Bila sampai
tersedak pun ia punya refleks untuk membatukkan. Kecuali jika bayi dicekoki,
kebanyakan bisa tersedak.
Pada bayi yang menyusu ASI, tak mungkin tersedak
karena bayi mengisap dan memompa ASI sesuai isapannya. Tersedak justru lebih
sering terjadi pada bayi yang minum susu botol. Terutama karena posisi dalam
memberikan susu botol yang mungkin tak benar/tak hati-hati. Selain itu, susu
akan menetes terus dari dotnya hingga bayi sulit mengatur isapannya. Akibatnya,
jika kebanyakan netesnya, ia jadi gelagapan. Maka itu, dalam menyusui bayi,
mata ibu tak boleh ke mana-mana, harus memperhatikan dengan baik apakah si bayi
mengisapnya dengan enak atau tidak. Bila si bayi tersedak, hentikan dulu
menyusunya, lalu angkat dan sendawakan.
Ada kelainan pada bayi yang membuatnya sering
tersedak, misal, refleks isapnya tak ada karena ia sakit berat dan badannya
lemah. Sebab, refleks tersebut akan timbul jika si bayi sehat. Karena
refleksnya itu tak ada lalu dipaksa, hingga membuatnya tersedak. Seharusnya
bayi-bayi seperti ini dipasangkan selang dari mulut ke lambungnya.
Bayi juga bisa tersedak karena kelainan anatomis,
misal, fistula esophagus (ada lubang antara jalan napas dan jalan makan). Jadi,
makanan/minuman yang masuk, sebagian masuk ke paru-paru hingga membuatnya
tersedak. Kelainan ini harus diperbaiki dengan operasi.
* Mengeluarkan air liur
Air liur diproduksi terus dan harus ditelan. Jika
air liur keluar dari mulutnya hanya sekali-kali/tak berlebihan, itu normal.
Nanti juga lama-lama hilang sendiri sejalan pertambahan usianya. Tapi, jika air
liur sudah terlalu banyak dan berlebihan, berarti ada penyakit. Misal, ada
atresia esophagus (buntunya saluran kerongkongan), hingga bayi tak bisa menelan
dan produksi air liurnya berlebihan. Mengatasinya, dengan operasi. Biasanya
kelainan ini harus dicurigai ada pada bayi bila ibunya dalam kehamilan
mengalami polihidramnion atau air ketuban banyak atau yang orang bilang dengan
hamil kembar air.
* Buang air besar dan buang air kecil
Sebenarnya, bayi di kandungan sudah makan dan
ususnya sudah bisa membentuk yang namanya kotoran. Itu sebab, umumnya bayi baru
lahir dalam waktu 24 jam sudah BAB dan BAK. Jika dalam waktu 48 jam tidak
BAB/BAK, berarti ada yang tak beres.
Kalau tidak BAB, mungkin ada sumbatan di jalan
ususnya hingga kotoran tak bisa keluar. Bisa karena memang jalannya buntu atau
karena kotoran yang sudah terbentuk di kandungan begitu keras (mekonium plak).
Untuk mengeluarkannya, kotoran ini harus distimulasi dan ini dilakukan di RS.
Pada tiga hari pertama, kotoran bayi masih
berwarna hitam kehijauan. Tapi lama-lama warnanya berubah jadi kuning. Pada
bayi yang mendapatkan ASI, frekuensi BAB-nya lebih sering. Dalam sehari bisa
sampai 10 kali, tapi hanya sedikit-sedikit. Jadi, kita tak perlu bingung dan
menganggapnya diare. Yang penting bukan frekuensinya, tapi konsistensinya. Jika
konsistensinya berupa cairan dan jumlahnya banyak, berarti diare.
Kalau tidak BAK, biasanya karena bayi sakit berat
(syok) hingga aliran darah ke ginjal kurang. Dalam keadaan syok, aliran
darahnya diutamakan ke otak dan jantung hingga aliran darah yang ke ginjal
kurang. Bayi akan lebih sering BAK jika ia memang banyak minum. Atau, bisa juga
karena udara dingin membuatnya lebih sering BAK. Bisa 10-12 kali ganti popok
dalam sehari. Jika sudah BAK, otomatis cairan tubuhnya berkurang dan bayi pun
akan minta minum kembali. Jadi berikan saja, tak perlu pakai jam-jaman.
* Tangan dan kaki lebih sering
menekuk
Ketika ditaruh dalam posisi telentang, biasanya
tubuhnya tak lurus sama sekali, tapi menekuk di siku tangan dan lututnya.
Tubuhnya pun lebih banyak bergerak. Posisi anggota gerak bayi normal ini,
namanya fleksi. Mungkin posisi secara fisiologis ini seperti kala di kandungan,
bayi dalam keadaan meringkuk.
Jadi, posisinya ini tak perlu dikhawatirkan,
apalagi sampai membedongnya kuat-kuat dengan tujuan agar tubuhnya jadi lurus.
Biarkan saja. Sebetulnya, bedong digunakan hanya agar bayi tak kedinginan.
Namun bila tubuhnya menekuk berlebihan, dalam
arti menekuk sekali dan tampak kaku atau tak relaks, namanya spastis. Ini
berarti ada saraf yang tak beres. Umumnya, setelah usia 5-6 bulan posisinya
mulai tidur lurus. Tapi jika dari awal sudah lurus dan kaku, namanya ekstensi.
Kemungkinan ada sesuatu di otaknya.
* Melihat ke atas
Bayi baru lahir cuma bisa membedakan terang dan
gelap, ada sinar atau tidak. Fungsi penglihatannya belum sempurna. Jadi, jika
bayi tampak seolah sering melihat ke atas, sebenarnya bukanlah demikian. Itu
hanya reaksi karena ada sinar yang membuatnya silau dan matanya tampak
bergerak-gerak. Mungkin karena ia melihat bayangan saja atau sesuatu seperti
bayangan yang bergerak. Usia 2 bulan penglihatannya masih kabur dan buram, ia
tahu hanya ada bayangan. Setelah 4 bulan, barulah penglihatannya lebih jelas.
* Perut sering tampak bergerak
Pernapasan bayi masih dominan dengan menggunakan
otot perut. Itu sebab, otot perutnya akan bergerak. Setelah 6 bulan,
pernapasannya berganti dengan otot dada. Maka itu, para ibu jangan memakaikan
gurita/bedong pada bayinya. Sebab, pemakaian gurita/bedong tak hanya mengekang
pergerakan dinding perut, tapi juga gerakan usus untuk mencerna makanan pun
akan terganggu. Bahkan, makanan yang masuk bisa keluar alias muntah lagi. Bila
khawatir si kecil kedinginan, sebaiknya jangan dibedong kuat-kuat, gunakan saja
celana, popok dan kaos singlet. Biarkan bayi bernapas lega.
* Gumoh/muntah
Tak apa-apa bayi gumoh. Itu bagian dari
refleksnya. Apalagi jarak antara kerongkongan dan jalan nasofaring ini pendek,
hingga mudah terjadi gumoh. Gumoh pertanda bayi kebanyakan minum atau sudah
kenyang. Lambung bayi itu kecil, jika makanan/minumannya terlalu banyak akan
membuatnya gumoh.
Bila gumoh terus-terusan, kita tak boleh berpikir
terlalu jelek seperti halnya muntah. Mungkin saja karena kita mencekoki si bayi
susu terus. Apalagi kadang bila bayi menangis, umumnya ibu akan menjejalkan
mulut si bayi dengan susu. Padahal, mungkin saja si bayi tak lapar, tapi pipis
atau hanya ingin digendong. Tak apa-apa juga bila gumoh keluar lewat hidung,
selama bayi tak tampak biru. Jika sampai biru dan tersedak, artinya sudah masuk
ke jalan napas.
Kita harus bisa membedakan antara gumoh dan
muntah. Gumoh keluar begitu saja dari mulut dan sedikit. Sedangkan muntah, ada
tekanan negatif dari perut mendorong diafragma. Jika muntahnya hanya sekali,
mungkin bisa dipikirkan kekenyangan. Tapi jika muntahnya lebih dari 3 kali atau
setiap minum muntah, mungkin ada obstruksi/sumbatan, baik di sekitar lambung
atau lebih ke bagian bawahnya. Jika demikian, harus dibawa ke dokter. Kalau
ternyata ada obstruksi, harus dilakukan operasi.
* Tidur
Dalam sehari, bayi baru lahir bisa tidur sampai
18 jam. Bangunnya hanya untuk minum, lalu tidur lagi. Secara perlahan, makin
usia bertambah, waktu tidurnya akan berkurang atau makin sedikit.
Bayi kalau perutnya kenyang, badan kering dan
hangat, ia akan tidur. Kalau tidak, ia gelisah. Ada juga bayi-bayi yang susah
tidurnya, berarti termasuk bayi rewel atau ada sesuatu yang dirasanya atau
sakit. Lebih ekstremnya, jika bayi banyak tak tidurnya alias melotot terus, ia
akan sangat aktif, bertemperamen tinggi, seperti mengamuk, dan sebagainya. Biasanya
bayi seperti ini karena ada keracunan dari sang ibu, misal, ibunya pecandu
narkoba. Harus
ditangani dokter untuk pengobatannya.
Saat ditidurkan, sebaiknya bayi tak ditaruh
telentang tapi menyamping agar jika muntah tak akan ditelannya. Bayi bisa memilih
sendiri posisi tidurnya yang dirasakannya nyaman.
* Menguap
Normal, jika bayi sesekali menguap, bisa berarti
ia mengantuk. Tapi, jika sebentar-sebentar menguap atau sering, bisa termasuk
dalam salah satu sindrom keracunan obat-obatan, misal, dari ibu yang pecandu
narkotika. Harus ditangani dokter untuk pengobatannya.
* Menggeliat
Menggeliat berarti menggerakkan otot-ototnya.
Normal, kok, karena ia belum bisa tengkurap atau membalikkan badannya, maka
gerakannya hanya sebatas menggeliat.
Bayi memang harus banyak bergerak. Di kandungan
saja, bayi banyak menendang-nendang. Hanya, seberapa banyak/aktifnya bergerak,
sangat individual sifatnya, entah bayi laki atau perempuan. Justru kalau bayi
diam saja, harus dicurigai, berarti ada sesuatu atau sakit.
* Tersenyum
Orang tua dulu mengatakan, jika bayi tersenyum
berarti sedang tersenyum dengan saudaranya atau malaikat. Sebenarnya, senyumnya
itu tak berarti apa-apa. Apalagi bayi belum bisa melihat dengan jelas, masih
berupa bayangan saja. Bayi
tersenyum sekadar reaksinya menggerakkan otot-otot wajahnya.
Sumber: Tabloid Nakita